Senin, 18 Juni 2012

Karang Taruna

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial.
Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada.
Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun.
Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.

Pemberdayaan Perempuan

Melalui Program P U G (PengarusUtamaan Gender )

 

Pemberdayaan perempuan tidak dapat dilepaskan dari konsep umum pemberdayaan masyarakat.Untuk dapat memahami konsep pemberdayaan masyarakat kita pelu memahami coraknya.
Beberapa corak pemberdayaan adalah (Taruna, 2001)
(1) Human dignity, mengembangkan martabat, potensi, dan energi manusia;
(2) Empowerment, memberdayakan baik perseorangan maupun kelompok;
(3)   Partisipatoris, dan
(4) Adil. Sedang filosofi pemberdayaan masyarakat
mencakup :
(1) menolong diri sendiri(mandiri),
 (2) senantiasa mencari dan menemukan solusi bersama,
(3) ada pendampingan (secara teknis maupun praktis),
(4) demokratis, dan
(5) menyuburkan munculnya kepemimpinan lokal
Aspek-aspek dalam Human dignity meliputi :
 (1) martabat, potensi, atau pun energi manusia itu inherent secara individual;
(2) human dignity itu merupakan tujuan akhir atau hasil akhir;
 (3) bukan hanya tujuan akhir/hasil akhir, tetapi juga kunci dan inti;
(4) berada “di balik” segala perkembangan;
(5) berawal dari konsep individual;
(6) bias “berlindung” di balik kemanusiaan;
 (7) mudah dipakai sebagai alas an; dan
(8) dipakai sebagai basis/alasan untuk melindungi hak asasi
Aspek-aspek pemberdayaan (empowerment) meliputi fisik, intelektual, ekonomi, politik, dan kultural, dengan demikian pemberdayaan itu mencakup pengembangan kemanusiaan secara total (total human development).
Sementara itu aspek-aspek partisipatory dan adil meliputi
(1) punya kesamaan hak memperoleh akses atas sumberdaya dan pelayanan sosial,
(2) menyangkut hak-hak dasar,
(3) berkembang dalam kesamaan,
(4) menguntungkan,
(5) berkenaan dengan hasrat atau pun kebutuhan individual untuk ikut andil bagi kepentingan bersama,
(6) memanfaatkan secara optimal namun wajar apa yang telah tercipta di dunia ini,
(7) lebih bercorak moral daripada hukum, dan
(8) berkaitan erat dengan kebutuhan manusiawi khususnya
Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan gender yang mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat. Perbedaan gender seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menghadirkan ketidakadilan gender. Namun perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
 Manifestasi ketidakadilan itu antara lain
(1) Marginalisasi karena diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan menurut gender,
(2) Subordinasi pekerjaan
(3) Stereotiping terhadap pekerjaan perempuan,
(4) Kekerasan terhadap perempuan, dan
 (5) Beban kerja yang berlebihan.
Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam upaya memberdayakan perempuan, yaitu
 (1) Organisasi dan kepemimpinan yang kuat,
(2) Pengetahuan masalah hak asasi perempuan,
(3) Menentukan strategi,
 (4) Kelompok peserta atau pendukung yang besar, dan
(5) Komunikasi dan pendidikan.
Sementara itu, salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya manusia, khususnya perempuan, adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa dan praktek kewirausahaan.
 Secara umum, ciri dan watak seorang wirausahawan adalah (Kartini, 2001):
1. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
2. Berorientasi pada kerja dan hasil
3. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
4. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan
5. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
6. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya perempuan sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang
 (1) memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi,
(2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan,
(3) memiliki sikap mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada bidang pekerjaan tertentu (profesional),
(4) memiliki semangat dan kemampuan bersaing (kompetitif), dan
(5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama dan humanisme.
Menurut Soepardi (2001), langkah-langkah yang umum digunakan dalam pengembangan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan luar sekolah yang cocok dengan kondisi masyarakat desa dengan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih rendah adalah :
1. Tahap Persiapan
a. Penyebaran informasi kepada calon warga belajar untuk memberikan kesempatan mengenal dan memahami program yang akan dilaksanakan
b. Rekruitmen secara jujur dan obyektif yang memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menjadi warga belajar.
c. Rekruitmen tenaga pendidik yang memenuhi persyaratan dan memiliki kompetensi khususnya kemampuan dan keterampilan praktis serta berpengalaman.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menerapkan konsep belajar dan bekerja sebagai wahana untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan sekaligus kesempatan kepada warga belajar untuk bekerja guna memperoleh penghasilan.

b. Melaksanakan pembelajaran yang tetap memperhatikan kondisi lokal yang mampu meningkatkan motivasi warga belajar
c. Melaksanakan program yang mampu sesegera mungkin menunjukkan adanya hasil yang bermanfaat bagi warga belajar
d. Melaksanakan pembelajaran dengan memusatkan diri pada kebutuhan warga belajar
e. Menerapkan konsep “kemitraan” dengan berbagai pihak yang terkait agar warga belajar lebih memahami situasi dan kondisi nyata terhadap apa yang dipelajari
3. Tahap Pembinaan
a. Menerapkan konsep “belajar sepanjang hayat” dengan jalan memberikan pemahaman kepada warga belajar bahwa belajar tidak hanya selesai setelah mengikuti jenis pendidikan tertentu saja dalam suatu masa tertentu
b. Mengembangkan jaringan informasi yang dapat digunakan sebagai media untuk saling bertukar pengalaman antar warga belajar maupun antara warga belajar dan pengelola program

PAUD

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
§  Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
§  Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
§  Infant (0-1 tahun)
§  Toddler (2-3 tahun)
§  Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
§  Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Pendidikan Orang Dewasa

Pendidikan dewasa adalah praktek mengajar dan mendidik orang dewasa. Pendidikan orang dewasa terjadi di tempat kerja, melalui 'perpanjangan' atau 'program pendidikan berkelanjutan' di sekolah menengah, atau di perguruan tinggi atau universitas. tempat belajar lainnya termasuk orang sekolah tinggi, perguruan tinggi masyarakat, dan pusat-pusat belajar seumur hidup. Praktek ini juga sering disebut sebagai 'Pelatihan dan Pengembangan dan sering bergaul dengan tenaga kerja atau pengembangan profesional.Ia juga telah disebut sebagai androgini (untuk membedakannya dari pedagogi). pendidikan dewasa adalah berbeda dari pendidikan kejuruan, yang sebagian besar tempat kerja berbasis untuk meningkatkan keahlian, dan juga dari pendidikan orang dewasa non-formal, termasuk belajar keterampilan atau belajar untuk pengembangan pribadi.
Mendidik orang dewasa berbeda dari mendidik anak-anak dalam beberapa cara. Salah satu perbedaan yang paling penting adalah bahwa orang dewasa memiliki akumulasi pengetahuan, pengalaman kerja atau dinas militer yang dapat menambah pengalaman belajar. Perbedaan lain adalah bahwa pendidikan yang paling dewasa bersifat sukarela, oleh karena itu, para peserta umumnya lebih termotivasi
Orang dewasa sering menerapkan pengetahuan mereka dengan cara yang praktis untuk belajar secara efektif. Mereka harus memiliki ekspektasi yang wajar bahwa pengetahuan yang baru diperoleh akan membantu mereka lebih lanjut tujuan mereka. Salah satu contoh, umum di tahun 1990-an, adalah proliferasi kursus pelatihan komputer di mana orang dewasa (bukan anak-anak atau remaja), kebanyakan dari mereka adalah pekerja kantor, bisa mendaftarkan diri. Program ini akan mengajar menggunakan dasar sistem operasi atau perangkat lunak aplikasi tertentu. Karena abstraksi yang mengatur interaksi pengguna dengan PC begitu baru, banyak orang yang telah bekerja pekerjaan kerah putih selama sepuluh tahun atau lebih akhirnya mengambil kursus pelatihan tersebut, baik pada kehendak mereka sendiri (untuk mendapatkan keterampilan komputer dan dengan demikian mendapatkan gaji lebih tinggi ) atau di atas perintah manajer mereka.

Pendidikan Keaksaraan

Pendidikan Keaksaraan adalah salah satu bentuk layanan pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah bagi warga masyarakat yang belum dapat membaca, menulis dan berhitung.
Tujuan awal program pendidikan keasaraanadalah :
1 Program pemberantasan B3B(buta aksara dan angka , buta pengetahuan dasar (baca tulis dan berhitung) , buta bhs indo) program belajarnya  melalui program paket A Keaksaraan
-buku paket A level 1 (buku paket A 1 smp 10)
-buku paket A level 2 (buku paket A 11 smp 20)
-buku paket A level 3 (buku paket A 21 smp 60)
-buku paket A level 4 (buku paket A 61 smp 100)
Bisa dilanjutkan dg ujian persamaan sd/sekolah dasar
2.PBA-KF (Pemberantasan Buta Aksara Keaksaraan Fungsional melalui program :
-pemberantasan
-pembinaan
-pelestarian
Kegiatan fungsional berbentuk pemberian pembelajaran ketrampilan
3 Keaksaraan usaha mandiri (KUM)
Program pembelajaran berbasis ketrampilan atau life skill

Tujuan pendidikan keaksaraan :
  1. Membuka wawasan mencari sumber-sumber kehidupan.
  2. Mengunjungi dan belajar pada lembaga pendidikan yang diperlukan.
  3. Memecahkan masalah keaksaraan dalam kehidupannya sehari-hari.
  4. Menggali dan mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan untuk meningkatkan mutu taraf hidupnya serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

pendidikan orang dewasa

ANDRAGOGI
(Sebuah Konsep Teoritik)

A. Pengertian

Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau "Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

B. Andragogi dan Pedagogi

Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah "pedagogi" yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai "suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai "ilmu dan seni mengajar".

Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu :

1. Citra Diri

Citra diri seorang anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa ini, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.

2. Pengalaman

Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.

3. Kesiapan Belajar

Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.

4. Nirwana Waktu dan Arah Belajar

Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan "dimana kita sekarang" dan "kemana kita akan pergi", itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti "memecahkan masalah hari ini", sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi

Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.

Andragogi dapat disimpulkan sebagai :

1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.

D. Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa

1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman lalu dan daya pikir dari warga belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

E. Karakteristik Warga Belajar Dewasa

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

F. Karakteristik Pengajar Orang Dewasa

Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :

1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa "perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar"
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif fan pisitif.

sumber : http://www.blog-guru.web.id/2010/02/apa-itu-andragogi-pengertian-andragogi.html